IBARAT kaset lagu, Bekasi juga punya dua muka. Muka satu kumpulan lagu-lagu bagus, dan dibaliknya terkumpul lagu-lagu tak enak.
Muka pertama barangkali digambarkan dengan adanya 3.500 ha kawasan industri yang bakal menjadi kawasan industri terbesar di Asia Tenggara dan dikelola 10 perusahaan yang sudah punya nama di dunia bisnis antara lain Hyundai, Marubeni, Sumitomo, Jababeka, Bekasi Fajar dan sebagainya. Belum lagi pabrik-pabrik yang berdiri di luar kawasan industri yang jumlah sekitar 600 pabrik. Investasi mencapai jutaan dollar AS, mungkin milyar dollar.
Ada lagi lainnya, seperti 238 lokasi perumahan baru, mewah maupun tidak. Dari mulai kelasnya Kemang Pratama, sampai Perumahan RSS Unit IV. Secara keseluruhan luas lokasi perumahan baru mencapai 8.000 ha yang tersebar di 11 kecamatan. Dan setiap hari pengajuan permohonan izin rekomendasi pembangunan perumahan terus mengalir ke Pemda Bekasi.
Belum lagi aneka proyek pertokoan, yang tak cukup melirik tapi sudah memelototi Bekasi. Pemodal kuat akan mendirikan pusat perbelanjaan seperti Metropolitan Mall dengan nilai investasi 65 juta dollar AS, pusat perbelanjaan Hero, Borobudur, Ramayana, Robinson, dan sederet nama lainnya. Persaingan sedemikian bengis dan memakan korban, Hembo, yang tutup tak lama setelah Ramayana Departemen Store membuka usaha di tempat yang sama pada tahun 1990.
***
LAIN lagi cerita di muka kedua, yang penuh gejala penyakit kota. Misalnya peristiwa pemusnahan bangunan kuno Pondok Gede yang didirikan tahun 1775 oleh Mr Johandes Hooyman. Rumah yang panjangnya 40 meter, lebar 24,5 meter dan beratap 3 tingkat itu dirobohkan oleh PT Budi Kencana Megah Jaya, hanya untuk dijadikan hotel kelas melati berlantai 2, pusat rekreasi, pusat perbelanjaan, dan sarana olah raga. Pemda dan pemborong, sama-sama tak terkesan mau tahu bahwa dari rumah inilah asal nama Kecamatan Pondokgede. Rumah inilah landmark Pondok Gede. Pondok berarti rumah, gede berarti besar.
Penyakit kota lainnya adalah kemacetan arus lalu lintas mewarnai kehidupan sehari-hari kota ini. Ini dengan mudah bisa dirasakan di Jalan Ir H Juanda, Agus Salim, Inspeksi Kali Malang, atau sudut kota lainnya. Kemacetan sudah sampai taraf yang tak kalah dengan Jakarta.
"Siksaan" yang diderita warga tidak hanya itu. Hampir setiap hari, warga kota mencium bau busuk yang berasal dari cerobong asap pabrik kertas PT Kertas Bekasi Teguh (KBT) di Telukbuyung, Bekasi. Sedangkan buangan limbah cairnya, mengakibatkan air Kali Bekasi tidak bisa dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sejak 1982.
Warga juga sering dilanda kebingungan. Tiba-tiba saja, daerah yang dalam perencanaan diperuntukan jalur hijau, berubah menjadi pusat perbelanjaan. Contohnya, daerah segi tiga di dekat pintu gerbang tol Bekasi Barat, kini tengah dibangun Metropolitan Mall dan Hero Departemen Store.
Sumber Artikel :
KOMPAS edisi Sabtu 15 Agustus 1992
Halaman: 7
Penulis: ROSYADI, IMAN NUR
Sumber Photo:
KOMPAS, 8 Februari 1990, Halaman 3
Photographer : Kartono Ryadi (KR)