“Karno jang terutama engkau harus mentjintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mentjintai rakjat djelata. Engkau harus mentjintai manusia pada umumnja.” (Pesan Sarinah kepada Bung Karno, buku Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia, h. 34).
Ya, begitualah ajaran Sarinah (pembantu keluarga Bung Karno) pada Bung Karno ketika ia masih belia. Hal inilah yang dipegang selalu Bung Karno ketika mengingat andil wanita dalam hidupnya. Wanita punya andil besar untuk tegaknya marwah republik ini. Makanya lahirlah buku Sarinah oleh Bung Karno untuk menjadi pengingat betapa pentingnya peran kaum wanita di republik ini.
Betawi Kita, sebuah forum diskusi bulanan, paham akan andil wanita dalam membangun Betawi. Makanya beberapa waktu lalu (23/4-2017) menggelar diskusi dengan tema, Orang Betawi, Perempuan dan Perananannya.
Gelaran diskusi di Setu Babakan ini dilakukan dalam rangka peringatan hari Kartini, 21 April 2017. Ajang ini menghadirkan Halimah Munawir (pengusaha), Halimahtusa’diah (Peneliti LIPI), dan Fadjriah Nurdiasih (Pemred Betawikita.id). Gelaran kerjasama Betawi Kita dengan Ikatan Perempuan Pencinta Seni dan Budaya Betawi (I2PSB) dipandu oleh Maya Maysuroh (Ketua I2PSB).
Dalam pemaparannya, Halimah Munawir yang pernah memecahkan rekor MURI dalam bidang Pembuatan Replika Rumah Adat Betawi dengan rangkaian kulit bebek, bicara peran wanita Betawi untuk pariwisata dan ekonomi kreatif. “Perempuan Betawi mempunyai peran yang strategis di dunia pariwisata dan ekonomi kreatif. Semua itu peluang untuk perempuan Betawi untuk memberdayakan diri,” ungkap Halimah yang telah melahirkan 8 buku dengan beragam genre.
Sedangkan Halimahsa’diah yang merupakan wanita asli Betawi ini, memaparkan makalah sebanyak 12 halaman, bicara tentang kaum perempuan Betawi dari beragam aspek. Salah satunya, ia mengulas tentang emansipasi dan keberdayaan. Menurut Halimah, “Emansipasi dan keberdayaan, dua kata kunci ini menginspirasi saya untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana seharusnya perempuan Betawi menghadapi tantangan zaman.”
Dalam segala bidang, perempuan Betawi ditantang untuk mampu survive, sehingga tidak dijadikan objek yang termarginalisasi atau tersubordinasi. Untuk itu, hal yang paling utama untuk mewujudkan cita-cita pada saat ini adalah dengan terus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) perempuan.
Lebih jauh lagi, menurut Halimah, perempuan Betawi perlu merestrukturisasi cara berpikir, yakni membangun pikiran kritis dan selektif, tanpa menyerah, konstruktif, dan independen. Sedangkan perempuan muda, mestilah bisa meningkatkan ilmu pengetahuan menjadi sarjana-sarjana yang hebat yang bisa diperhitungkan dunia.
Kesempatan terbuka lebar untuk perempuan Betawi berkiprah dalam segala bidang kehidupan, kini tinggal pada kemampuan dan kemauan kaum perempuan saja. Kaum perempuan Betawi harus eksis dan bisa bersaing dengan penduduk dunia lainnya, namun ia harus berkarakter sebagai orang Betawi yang dikenal religius, toleran, ramah, santun, berjiwa sosial serta saling menghargai.
Sedangkan Fadjriah dalam diskusi ini mengatakan, perempuan Betawi harus terus mau membuka dirinya untuk berkembang. Akses terhadap pendidikan pun harus dibuka seluas-luasnya, termasuk melalui beasiswa ke universitas, juga pelatihan atau kursus-kursus. Selain itu, dukungan dari pihak terdekat diperlukan. “Dalam hal ini, para bapak dan suami juga harus diedukasi agar mau mendorong istri dan anak-anak perempuan mereka berkiprah dan menyumbangkan peran di masyarakat,” bilang alumni Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Majulah wanita Betawi. Mari bangun Betawi dari berbagai aspek agar marwah Betawi yang religius, toleran, ramah, santun, dan berjiwa sosial dapat terjaga dengan baik. (Rachmad Sadeli)
Sumber: wisata sejarah Bekasi & Majalah Betawi
Suwito jp on Brengkos
No comments:
Post a Comment