________________________________________________________________________
BENDA CAGAR BUDAYA BERUPA LESUNG DAN KLEWANG, WARISAN BERHARGA, PELAJARAN SEJARAH, DAN KENANGAN KEJAYAAN BEKASI “TEMPOE DOELOE”.
Indonesia adalah salah satu negara agraris, dimana sektor pertanian dan penduduknya bermata pencaharian dengan cara bertani/berkebun.
Dan alhamdulillah Bekasi merupakan salah satu wilayah yang dahulu terkenal dengan daerah “LUMBUNG PADI” dimana hasil panennya selalu berlimpah dan sangat wajar apabila pasukan kerajaan MATARAM sewaktu ingin menyerang BATAVIA (JAKARTA) sampai tinggal dan menetap bahkan sampai membaur dan menikah, dan memiliki keturunan di Bekasi, selain orang-orang dari Cirebon dan Banten. Bekasi merupakan tempat yang layak untuk dihuni karena adanya sawah dan tanaman yang subur.
Bahkan kalau tidak salah bang Ridwan Saidi (sejarawan dan pemerhati budaya Betawi) menyatakan bahwa Bekasi pada zaman pra-sejarah adalah pusat kerajaan.
Ini terbukti dengan adanya SITUS BUNI diwilayah Buni Bhakti.
Sehingga masyarakat Bekasi mempunyai kebiasaan atau adat budaya yang kaya dengan falsafah hidup antara lain BABARITAN.
Babaritan merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu sebagai tanda syukur atas musim panen yang dilakukan setahun sekali.
Ritual atau upacara ini juga dikenal dengan istilah SEDEKAH BUMI yang biasanya dilakukan diperempatan jalan, sambil membawa makanan atau sesaji ditambah kemenyan, kelapa muda, telur dan rujakan serta ayam panggang dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, maka Bekasi kini telah menjadi kota metropolitan penyanggah Ibukota negara dan kota industri serta perumahan, walau masih ada sawah dan ladang serta para petaniyang hidup dengan bercocok tanam. Namun sayangnya jumlahnya dari tahun ketahun terus berkurang dan lahan sawah serta kebun banyak sudah berganti beton-beton perumahan juga perkantoran atau perusahaan.
Bahkan binatang ternak pun sudah mulai jarang terlihat. Pengalaman lain, bahwa saya pernah meminta KH. Abu Hanifah untuk ceramah dalam suatu acara keagamaan, dan alhamdulillah beliau berkenan dengan catatan beliau ingin makan daging burung, khas Bekasi.
Saya bingung dan tidak tahu, kalau ada makanan khas burung itu. Maaf, saya lupa apa nama burung tersebut.
Adalah bang Naiman alias Niman, tokoh pemuda asli kampung Gabus Singkil, desa Srijaya, kecamatan Tambun Utara, kabupaten Bekasi yang peduli dengan sejarah dan perkembangan kampungnya. Disisi lain bang Niman juga ternyata ingin tetap menjaga budaya, adat istiadat serta apa yang telah diwariskan oleh para leluhurnya. Serta ingin mengingatkan dirinya dan keluarganya bahwa dahulu para leluhurnya adalah seorang petani.
Maka dari itu dengan diwariskanya dua buah benda PUSAKA yang menurutnya bisa mengingatkan kita dan menyambung tali sejarah masa lalu kehidupan di Bekasi.
Agar kelak anak keturunan tidak lupa bahwa dahulu pernah berjaya di sini (kampungnya) sebuah “Lumbung Padi” yang sangat berlimpah dan menjadi primadonna. Maka wajar apabila nama-nama desa diwilayah gabus selalu diawali dengan kata “SRI” Desa SRIJAYA, SRIAMUR, SRIMUKTI, dan SRIMAHI.
Bang NIMAN sendiri adalah pewaris dari kedua benda tersebut yakni Lesung dan Klewang, dimana benda tersebut merupakan warisan secara turun temurun.
Yang mana bahwa kakek buyut bang NIMAN adalah seorang MANDOR dijaman penjajahan Belanda, dikenal dengan sebutan MANDOR MININ. Dan bang NIMAN sendiri bernama NAIMAN bin SANOH bin NIUN bin MININ bin TIUN.
Lesung atau biasa orang Bekasi bilang Lumpang adalah ALAT TRADISIONAL PENGOLAHAN PADI atau GABAH.
Disisi lain, Lesung atau Lumpang juga merupakan alat musik yang indah, dan biasa disebut KOTEKAN (Saya rasa di Bekasi sudah tidak ada lagi yang bisa memainkannya).
Menurut cerita dari orang tua dulu, bahwa lesung juga digunakan untuk memanggil kawan-kawan yang belum datang dengan cara memukul Lesung tersebut dengan menggunakan kayu panjang (alu) yang menghasilkan irama.
Dan pada waktu-waktu tertentu, Lesung diikutsertakan pada upacara-upacara adat. Sedangkan Klewang atau PEDANG bergaya GOLOK BERSISI SATU yang biasa digunakan oleh SUKU MELAYU. Untuk membabat alang-alang, memotong sesuatu, dan senjata tradisional melawan penjajah.
Bang NIMAN mulai merasa “ngeh” pasca meninggal ayahandannya. Dan mencoba mengingat apa-apa yang telah diwariskan dan dititipkan oleh almarhum.
Maka seketika itu pulalah bang NIMAN langsung teringat beberapa benda warisan dari almarhum. Sayangnya saya (penulis) tidak diperkenankan untuk mengungkapkan disini benda-benda lain yang terlihat seperti pusaka dan azimat (pegangan para jawara dan mandor zaman dulu) selain kedua benda tersebut, yakni LESUNG dan KLEWANG. Bahkan LESUNG dan KLEWANG sendiri saja sudah terlihat seperti ada aura mistisnya. Ditambah cerita-cerita diluar nalar yang dihubungkan kepada kedua benda tersebut.
Beberapa cerita aneh juga dituturkan oleh keluarga besar bang NIMAN yang dikaitkan dengan kedua benda tersebut.
Salah satu contohnya terjadi pada salah seorang keturunannya yang tiba-tiba datang membawa satu liter beras sebagai tanda permintaan maaf karena telah berbuat salah terhadap Lesung tersebut, dan sering diganggu oleh mahluk tidak kasat mata yang terus membuntuti setiap langkahnya.
Dan setelah meminta maaf dibarengi dengan memberikan seliter beras, sejak saat itu tidak ada lagi yang mengganggunya.
Cerita lainnya, ada salah seorang keluarga bang Niman yang telah lama ingin menjual satu unit sepeda motornya namun tidak laku-laku karena memang merk atau produknya tidak biasa dipasaran. (jarang dipakai).
Anehnya ketika suatu hari sipenjual tersebut yang masih keturunan dari keluarga bang NIMAN ini datang dan berziarah, esoknya kontan ada yang membeli, meskipun harganya sedikit lebih rendah dari yang diharapkan.
Tetapi diluar dari cerita mistis tersebut saya berkeyakinan bahwa kedua benda tersebut merupakan benda cagar budaya atau minimal MERUPAKAN BAGIAN DARI SEJARAH KAMPUNG GABUS ATAU BEKASI TEMPO DULU.
Kita tidak bisa menampik dunia teknologi dan modern, namun kita juga jangan melupakan sejarah dan darimana kita berasal.
Akhirnya saya sekali lagi mengucapkan terima kasih dan mohon maaf, karena pasti tulisan ini jauh dari sempurna. Kepada para pemerhati sejarah, situs, budaya, adat, dan pecinta benda dan bangunan cagar budaya. Salam hormat dari saya yang “sok” ingin menulis.
Penulis : Badruni Bin wangsakarta
PEMILIK LESUNG dan KLEWANG
Nama : Naiman (bang Niman)
Alamat : Kp. Gabus Singkil, RT.005/002, desa Srijaya, Kec. Tambun Utara
Telepon: 0858-8168-9309
Suwito jp on Brengkos